Senin, 05 September 2022

TISSUE CULTURE MEDIA

  

MEDIA KULTUR JARINGAN

(ESHA FLORA X IAAS IPB)

 



Kultur jaringan merupakan salah satu metode dalam pembibitan suatu tanaman yang menciptakan hasil steril dan tentunya hasil yang memuaskan. Kebutuhan dari tanaman itu sendiri terbagi menjadi 2, yaitu kebutuhan dari lingkungan dan kebutuhan media tanam. Kebutuhan lingkungan ini termasuk sinar, Karbondioksida (CO2), Oksigen (O2), kelembaban, sirkulasi udara, dan lain sejenisnya. Sementara itu, kebutuhan media tanam meliputi fisik tempat tumbuh dan zat kimiawi makanan.

Dalam penyiapan media yang optimal tentunya juga memerlukan bahan-bahan khusus agar hasil tanaman yang didapat nantinya dapat tumbuh secara maksimal. Sayangnya, bahan pro analis untuk pembuatan media tanam ini tergolong cukup mahal, seperti contoh sukrosa untuk sumber energi tanaman berharga ratusan ribu. Akan tetapi, beruntung bahan-bahan pro analis ini dapat digantikan oleh bahan teknis/alternatif. Seperti contoh sukrosa tadi dapat diganti dengan gula pasir putih dengan harga belasan ribu saja. Tentu hasil yang didapat dari bahan teknis ini juga tidak kalah dari hasil yang didapat dari bahan pro analis.

Bahan-bahan yang dapat digantikan ini cukup banyak dari sumber energi untuk tanaman kultur jaringan yaitu sukrosa dapat digantikan dengan gula pasir putih. Bahan pemadat dari agar bacto dapat digantikan dengan agar swallow atau agar batangan. Vitamin B1, B6, B12, dan lainnya dapat digantikan dengan vitamin B Kompleks yang ada di pasaran. Arang aktif yang dapat diganti norit. Lalu bahkan sampai antibiotik yang biasanya memakai streptomisin dapat diganti dengan agrept (bakterisida) atau amoksisilin tablet yang biasanya kita konsumsi saat sakit. Tentunya bahan yang digunakan harus melalui proses penumbukan dan penyaringan terlebih dahulu agar hasil yang didapat lebih murni. Ada juga ZPT yaitu zat pengatur tumbuh yang bahan pro analisnya dapat kita ganti juga dengan bahan teknis/alternatif.

 

  1. Proses pembuatan media kultur jaringan

Bahan-bahan :

  1. Growmore sbg unsur hara
  2. Vitamin
  3. Asam amino (glycine, pepton)
  4. Sumber energi (gula pasir)
  5. Bahan pemadat (agar-agar swallow)
  6. Air steril / akuades
  7. Myo-Inositol

 

Alat-alat :

  1. Pipet plastik
  2. Pengaduk kaca
  3. Timbangan digital
  4. Gelas ukur
  5. Panci stainless steel
  6. Alat pengukur pH (kertas lakmus)
  7. kompor

 

            Langkah Kerja :

 

       Pembuatan Media

  1. Timbang Growmore (2 gr/L) menggunakan timbangan digital
  2. Growmore yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam cerek plastik berisi 500 mL air, kemudian aduk denganpengaduk kaca
  3. Campurkan vitamin (5 mg/L) ke dalam cerek, menggunakan pipet plastik 3 mL
  4. Campurkan asam amino yakni glycine ke dalam cerek, sebanyak 2 mg/L dari perbandingan 1:1
  5. Timbang pepton 100-200 mg/L atau setara dengan 0,2 g/L, dan larutkan dengan sedikit air sebelum mencampurkannya ke dalam cerek. Setelah larut, campurkan ke dalam cerek lalu aduk
  6. Timbang myo-inositol sebanyak 0,1 g/L, kemudian campurkan ke dalam cerek dan aduk
  7. Campurkan sumber energi yaitu gula pasir sebanyak 30 g/L, jika ada tambahan air kelapa maka takaran gula pasir menjadi 20 g/L. Lalu masukkan ke dalam cerek dan aduk hingga larut
  8. Tambahkan air ke dalam cerek hingga genap 1 Liter, lalu aduk kembali.
  9. Kemudian cek kadar pH larutan dalam cerek, menggunakan kertas lakmus pH
  10. Normal pH yang akan dihasilkan oleh larutan ialah 5.8 hingga 6. Jika larutan terlalu basa maka diturunkan dengan HCl, dan jika terlalu asam maka dinaikkan dengan NaOH.
  11. Masukkan zat pemadat yakni agar-agar yang telah ditimbang sebanyak 6 gr/L, ke dalam panci stainless steel
  12. Masukkan juga larutan yang telah diracik dalam cerek ke dalam panci, lalu aduk.
  13. Nyalakan api kompor dan masak larutan media hingga mendidih sambil diaduk terus menerus
  14. Setelah mendidih, matikan api kompor

 

       Sterilisasi Media

Bahan-bahan :

  1. Larutan media yang telah selesai dibuat

 

Alat-alat :

  1. Beberapa jenis botol
  2. Plastik PP ukuran 10x10
  3. Gelang karet
  4. Autoklaf
  5. Dendeng
  6. Kompor

 

 

Langkah sterilisasi:

  1. Siapkan beberapa jenis botol yang telah disterilisasi selama 1 jam
  2. Tuang larutan media ke dalam botol dengan takaran 20 ml/L atau sekitar 2 cm untuk tiap botolnya. Antara mulut bolot dan cerek usahakan tidak saling bersentuhan karena botol telah steril.
  3. Tutup mulut botol dengan plastik PP dan eratkan dengan gelang karet. Menutup botol tidak boleh terlalu kencang agar menghindari kerusakan saat botol disterilisasi kembali pada suhu tinggi (121).
  4. Botol-botol yang telah terisi larutan media disusun di dalam dandang untuk disterilisasi
  5. Siapkan Autoklaf  dan isi air hingga batas yang tertera di dinding autoklaf
  6. Masukkan dendeng yang berisi botol-botol media ke dalam autoklaf, lalu tutup rapat penutup autoklaf.
  7. Pastikan tombol safety pada autoklaf dalam posisi tertidur dan katup uap dalam posisi berdiri, karena bila katup tertutup, uap dari proses sterilisasi akan terkurung
  8. Nyalakan api besar hingga proses pemanasan pada autoklaf mencapai suhu 121 dengan tekanan 17,5 Psi
  9. Kecilkan api kompor ketika suhu telah sesuai dan autoklaf menghasilkan banyak uap, dan diamkan selama 30 menit.

 

       Proses Pengencangan Tutup untuk Media

  1. Mengencangkan tutup plastik di bagian leher botol menggunakan satu ikatan karet yang sama dengan sebelumnya, tetapi diikat lagi beberapa kali agar lebih kencang dan rapat
  2. Menarik plastik agar tidak ada lagi lekukan atau lipatan, apabila lekukan tersebut tidak dirapikan media tersebut akan mudah terkontaminasi karena udara akan masuk.
  3. Mengikat kembali dengan satu karet hingga kencang apabila plastik sudah rapi.
  4. Memasukkan botol ke dalam plastik media berukuran 40 x 60 cm, tetapi sebelum dimasukkan plastik tersebut disterilkan atau disemprot menggunakan alkohol 30%.
  5. Menyusun botol kultur (botol asi) dengan susunan 6 x 8, satu liter dapat menampung 50 botol asi dan 24 botol selai.
  6. Media sudah siap digunakan setelah lima hingga tujuh hari ke depan setelah proses sterilisasi dan pemadatan media. Media tidak dapat digunakan langsung karena belum bisa melihat kontaminasi dari bakteri ataupun jamur sebab media yang terkontaminasi tidak dapat digunakan.

 

     B. Pencucian dan Sterilisasi botol

Alat :

  1. Wadah plastik berukuran sedang
  2. Botol kultur habis pakai atau media yang telah terkontaminasi
  3. Sikat

 

Bahan :

  1. Air
  2. Detergen
  3. Bayclin

 

Langkah Kerja :

  1. Membersihkan botol dari media tanam yang terkontaminasi oleh mikroorganisme atau telah digunakan untuk proses pengkulturan.
  2. Menuangkan satu tutup botol bayclin ke dalam wadah yang berisikan air.
  3. Menuangkan detergen secukupnya ke dalam wadah yang berisikan air dan bayclin hingga berbusa. 
  4. Merendam botol-botol kultur yang telah dibersihkan dari media tanam selama 30 menit hingga 1 jam .
  5. Menyikat bagian dasar dan sisi botol setelah 1 jam perendaman, hal ini dilakukan agar sisa-sisa media tanam yang terkontaminasi di dalam botol dapat dibersihkan dengan maksimal.
  6. Membersihkan bagian sisi luar botol menggunakan spons atau kain untuk cuci gelas atau piring.
  7. Botol yang telah disikat dan dibersihkan bagian luarnya kemudian dibilas di air mengalir hingga bersih. 
  8. Botol yang sudah dicuci kemudian dilakukan sterilisasi menggunakan autoklaf selama 1 jam dengan suhu 121 .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar